Senin, 01 Desember 2008

SEMACAM PENGALAMAN DI RUSIA OLEH MR. ARDI

ARTIKEL SUMBANGAN DARI NING AI-RATNA


Perjalananku kesini bisa dibilang tidak mudah. Begitu banyak cobaan dan tantangan, mulai dari kedatangan di moskow sampai ke ekatrinburg. Jujur aku merasa beruntung ditempatkan di kota ini. Bukan sekedar karena ini kota terbesar ketiga di Rusia ataupun indah. Tapi kota ini begitu ramah. Kota ini menyadarkanku akan kehadiran Tuhan.

Beberapa kali aku bercerita kepada teman-teman via chating tentang bagaimana perjalananku. Perjalanan yang penuh tantangan dan sport jantung . Hampir 50 persen orang penerima beasiswa dari Indonesia di rusia pulang sebelum lulus, beberapa diantaranya bahkan pulang sebelum tau dimana tempat sekolahnya.

Rusia bukan negara yang ramah seperti negara lainnya. Aku sempat membuktikannya di moscow. Mungkin kemajuan yang terlalu cepat serta pengalaman perang berkali kali membuat bangsa ini jadi cepat curiga dengan bangsa asing. Tapi di Ekatrinburg ini aku sadar bahwa banyak juga orang rusia yang ramah.

Kedatanganku di domodedovo, airport international Moscow bukan tanpa halangan. Kami ditipu orang.. Kami diperas oleh oknum disini. Hal itu menyebabkan aku bertiga terdampar di KBRI Moscow selama 3 hari. Di KBRI aku dan 3 temanku di tampung di bunker yang sebenarnya mirip dengan gudang yang dikasih kasur. Sampai akhirnya setelah nota protes dikirim oleh KBRI ke kementerian pendidikan. Aku nekad untuk melanjutkan perjalananku di kota ekaterinburg.

Sementara aku melanjutkan perjalananku di kota ekaterinburg. 2 orang temanku, yang juga dosen brawijaya pulang ke Indonesia. Mereka keder mental.. Rusia ternyata tak seindah bayangan mereka. Ini adalah negara karbitan setelah hancur lebur 17 tahun yang lalu. Prestasi rusia dalam 8 tahun terakhir ini memang hebat. Ibarat anak yang masuk kelas akselerasi, maju di satu sisi tapi di sisi lain masih stag. Begitulah Mr. Putin, yang hanya dalam 8 tahun bisa memasukkan Rusia ke dalam jajaran G-8, negara-negara maju dan elit dunia. Namun Rusia punya sisi yang lain, masyarakatnya sendiri masih shock mental dengan perubahan yang begitu cepat.

Moskow sendiri bukan kota yang ramah. Orang-orangnya sedikit arogan dan keras. Jangan harap pembeli bisa dilayani. Apalagi pembeli asing, bisa jadi mainan mereka. Harga bisa dinaikkan seenaknya kalau tau kita nggak tau bahasa rusia. Aku sudah membuktikannya.

Perjalanan di kereta juga bukan perjalanan yang mudah. Aku berangkat naik kereta trans siberia sendiri. Tidak ada orang yang bisa berbahasa inggris di kereta. Membacapun masih mengeja. Aku mendadak jadi orang yang tuli dan bisu. Perjalanan selama 26 jam yang penuh dengan dzikir. Ekatrinburg juga bukan pemberhentian terakhir. Mau pipis juga bingung. Sementara ketika aku bilang "tualet! tualet!... pramugarinya bilant "Nye" alias tidak, dan sederet kata-kata yang tak kumengerti. Terpaksa aku tunjuk "barangku" tapi dia tetap bilang "nye". Syukurlah 30 menit kemudian aku bisa pipis. Mungkin tadi masih dibersihkan.

Di perjalananpun batere HPku drop. Dalam hati aku berkata, "ya Allah kalau memang aku kau tadirkan selamat... itu adalah kehendakmu. Tapi bila memang takdirmu aku harus nyasar ataupun tidak selamat... aku ikhlas di Jalanmu". Aku tidak pernah sepasrah itu mas.

Aku tiba selamat di ekatrinburg malam hari. Pramugari itu menunjuk jam dari angka 12 sampai ke 9. Artinya 45 menit lagi aku sampai di Sverdlovsk, stasiun kereta di ekatrinburg. Ketika turun, ada kecemasan kalau ada skinhead malam-malam di stasiun. Tapi banyak keajaiban. Keajaiban pertama, Aku tiba-tiba kuat mengangkat koper 30 KG yang sebelumnya tidak bisa kuangkat sendiri. Dan ajaib pula, di stasiun aku bertemu dengan dima (nama panggilan untuk dimitri), orang rusia yang begitu baik dan bisa berbahasa inggris. Dia membantuku untuk mengangkat beban barang bawaanku dan mengantarkanku sampai ke pintu asrama. Dimitri memecahkan mitos arogansi orang Rusia. Orangnya ramah. Dia memberiku roti baton yang panjangnya hampir setengah meter.

Banyak mahasiswa indonesia yang pulang karena mendapatkan kondisi asrama yang tua dan jorok. Dan aku sendiri juga sudah mendengarnya dari teman teman pemira (perhimpunan mahasiswa rusia) dan juga beberapa diplomat senior di KBRI. Mereka bilang jangan berharap banyak dengan asrama di rusia. Kondisinya jauh lebih parah dari pesantren salaf. WC berjamaah dan kamar mandi air panas yang dijadwal untuk laki dan perempuan seminggu sekali. Jangan bayangkan WC sendiri, WC itu satu koridor tanpa sekat. Kamar mandi pun juga tanpa sekat. Bugil satu bugil semua.

Orang orang KBRI dan juga pemira bilang dengan sinis bahwa itulah kamar mandi ala komunis, “sama rata sama rasa”. Hal inilah yang kemudian membuat 2 temanku dari brawijaya pulang kembali, walaupun dekan mereka sudah melarang, karena akan jadi skandal universitas. 3 orang Indonesia yang seharusnya jadi temanku di Ural state university, batal berangkat ke rusia, karena ketakutan dengan kondisi rusia. Tak hanya itu Rosyadi pun pulang ke Indonesia setelah menjalani asrama yang buruk dan kehidupan yang berat di Moscow.

Aku sendiri... Sejak dari aku berangkat masuk pintu pesawat di Indonesia, aku sudah pasrah. Kuniatkan jihad.. Apapun yang terburuk... aku sudah manteb. 

Dan beginilah perasaanku ketika sampai pintu asrama. Aku sudah ikhlas. Apapun... sejorok apapun... akan kujalani. Pantang pulang sebelum menang.

Aku berusaha untuk menekan perasaan jijik karena kamar mandi. Untuk apa takut dengan kotoran orang lain kalau kotoran sendiri kita saja sama kotornya dengan kotoran orang lain. Untuk apa takut dengan bau kotoran orang jika kotoran kita sendiri sama baunya dengan kotoran orang. Jika memang itu terjadi... apa boleh buat. Mau tidak mau memang toh itu harus dijalani. Kupikir manusia memang cukup adaptif. Apapun kondisi, selama ada kemauan dan tekad bulat, maka apapun akan bisa dilewati.Kuanggap ini adalah perang, ini adalah jihad. Dan semua itu bukan dimulai dari sesuatu yang fenomenal besar, tapi justru dimulai dari berkompromi dengan rasa jijik terhadap kotoran manusia. Tidak ada yang istimewa dari orang yang bisa menaklukkan orang lain, karena tak ada orang yang lebih hebat selain orang yang bisa menaklukkan dirinya sendiri.


Ketika aku sampai di depan pintu Kamarku (masih belum masuk kamar)... fuhhh. sungguh sedikit orang yang menyadari bahwa kamar adalah teman terdekat kita. Interaksi kita dengan kamar tak sedekat interaksi kita dengan tempat lainnya. Bank mungkin hanya sesekali dalam sepekan atau sebulan kita berkunjung, tapi kamar adalah tempat berlindung. Begitu banyak ia menjadi saksi perjuangan, kelelahan, kesedihan hingga kegembiraan kita. Begitu juga kamar mandi... ia adalah tempat membuang sesuatu yang tidak diharapkan oleh tempat lain.. Kamar mandi adalah sahabat. Wajar jika 2 temanku pulang ke
Indonesia, gara gara kamar mandi. Bila orang yang harus kita kunjungi setiap hari saja tidak nyaman, bagaimana kita juga bisa hidup nyaman dan tenang.

Dan inilah jawaban atas bayanganku tentang kamar dan kamar mandi di Ural State University.


Tempatku tinggal persis seperti flat-flat yang pernah kulihat di
jakarta. 1 tempat terdiri dari 2 kamar, 1 dapur, dan 1 kamar mandi dan WC kering. Ukuran kamarku sekitar 5 X 5 meter. Di kamarku sudah ada meja belajar, rak buku, dipan, dan lemari besar yang menyatu dengan tembok. Lantainya terbuat dari kayu, dindingnya pun dipasangi walpaper yang indah. Kemudian aku intip kamar mandi dengan shower serta WC yang bersih. Wastafel, tempat cucian piring, dan kamar mandi juga dilengkapi air panas. Kulihat kemudian dapur, isinya, lemari dapur, kompor, oven, dan kulkas. Mengetahui kamarku seperti itu... Aku menangis mas... menangis tak henti. Tak henti aku bersyukur kepada Allah. Semua di luar dugaanku. Benar kata pak Berlian, diplomat senior KBRI, asrama Ural State University adalah asrama terbaik di Rusia setelah MGU.Dan ternyata bagusnya kamar disini adalah fasilitas khusus untuk mahasiswa internasional yang gratis tis tis. Tak seperti di RUDN (tempat kuliah Rosyadi) yang walaupun jorok tetap bayar sewa kamar sebesar 500ribu rupiah setahun. Tapi yang membuat aku menangis adalah tak sekedar karena kamar yang baik, tapi juga karena mendapatkan teman yang baik dan bisa sampai dengan selamat di ekatrinburg.

Aku bertemu dengan orang-orang
korea selatan yang sungguh baik. Aku tidak bisa membayangkan gimana aku bisa hidup disini tanpa mereka. Malam pertama aku datang, aku berkenalan dengan dua orang korea, yang bernama junhak dan sewook. Mereka main ke kamarku di hari pertama aku datang. Bahasa inggrisnya pas-pasan. Melihat barang bawaanku yang cuma seadanya itu. Mereka kembali ke kamarnya dan memberikan aku selimut, seprei, susu, jus mangga, dan makanan ringan. Besoknya pun aku diajak makan pagi. Dan diantar jalan-jalan ke megamart untuk membeli barang kebutuhan yang murah. Diajari ke metro (subway), diajari naik trem, dan diajak ke toko buku.

Perkenalan dengan orang korea itu merembet dengan semua orang korea selatan yang ada disini. Jumlah totalnya 20 orang. Mungkin karena melihat aku ngirit (karena waktu diantar belanja aku cuma belanja seadanya), Mereka akhirnya seringkali mengundangku makan malam. Disana mereka pisahkan mana yang babi dan mana yang tidak. Sungguhpun sebagian dari mereka adalah agnostik, tapi mereka juga yang tunjukkan mana arah kiblat.

Pernah ketika pulang kuliah, aku mbatin dinginnya udara disini. Sebenarnya masih standard, tapi kalau angin datang ... aduh kulit langsung merah. Mereka ngeliat tanganku yang mendadak merah gara-gara angin dingin. Orang korea itu datang ke kamarku... ngasih aku sweater tebal.

Orang korea itu bilang, walaupun di negaranya ada winter dan biasa dengan suhu minus 15 derajat, tapi rusia tetaplah dingin. Anginlah yang membuat semua menjadi dingin. Kalau mereka yang biasa dengan winter saja dingin, apalagi aku yang dari negara tropis. Padahal suhu disini masih plus dua derajat.. Suhu paling ekstrem disini adalah minus 40 derajat.

Harga disini bisa dibilang sama dengan surabaya. harga ayam murah, harga daging murah.. Yang berbeda adalah sayur mas. Sayur harganya selangit. Bisa 10-30 kali lipat dari harga di Indonesia. Sayur sangat jauh lebih mahal dari ayam dan daging. Bersyukurlah dengan nikmat matahari dan bersyukurlah dengan nikmat sayur yang ada di Indonesia mas. Walaupun aku juga bersyukur dengan nikmat daging dan susu disini yang murah-murah... hehehehe.

Seminggu yang lalu, ada salah satu dari orang korea selatan itu ulang tahun. Namanya Byung Hyun. Aku diundang. Tak ada mereka meremehkan aku. Aku disambut seperti saudara senegaranya. Sungguhpun aku satu satunya yang bukan orang korea selatan. Cuma ada 2 orang dari mereka yang bisa berbahasa inggris dengan baik. Yang lain sangat pas pasan, dan ada yang tidak bisa sama sekali. Di acara itu, Aku disuruh cerita tentang indonesia. Myeong seok kebetulan jadi translatorku. Banyak mereka yang tidak tahu indonesia. Disana oleh Eun Chang, aku disuruh buat puisi cinta dengan bahasa indonesia untuk dikasih ke pacarnya di korea. Kata kata "aku cinta kamu" juga di hafal baik baik. Kadang aku mbatin siapa aku? Indonesia jauh tertinggal dari korea, uang sakupun jauh dibawah mereka yang rata rata punya uang 1000 USD perbulan. Tapi mereka begitu baik. Kebaikan orang korea itu tak terbalas.

Kebaikan itu tak berhenti sampai disitu saja.. Aku jujur sempat stress disini ketika tahu bahwa bahasa pengantar untuk kelas bahasa adalah dengan bahasa rusia. Aku jadi kambing congek di kelas. Jadi yang terbodoh. Asal mas tahu, sebagian besar mahasiswa indonesia pulang tidak hanya karena asrama yang jorok dan dingin, tapi juga karena bahasa. Mereka, orang orang asing, yang datang kesini rata-rata sudah mempelajarinya selama 1-2 semester, baru setelah itu mereka ikut kelas persiapan bahasa di rusia.

Tapi orang korea itu selalu membantuku, walaupun bahasa inggris mereka buruk. Mereka membantu untuk mentraslatekan ke aku. Menggambari bukuku kalau aku tidak mengerti. 4 hari diawal aku disini, aku benar benar stress karena bahasa. Bahasa rusia itu mengenal gender, punya dua macam huruf yang berbeda, tapi mereka membantuku dengan total.

Kalau aku pulang dari kampus... dan mematung berdiri di depan taman asrama sambil merokok karena stress tidak mengerti satu katapun di kelas. Mereka biasanya datang menepuk-nepuk pundakku dan bilang “niciwo niciwo... patom ti panyimaes alias its okay.. take it easy.. nextimes u will understand”. Malamnya, orang-orang korea itu selalu mengundang aku ke kamarnya untuk belajar. Sungguhpun mereka juga kesulitan untuk menjelaskan, karena bahasa inggris yang payah, tapi mereka menjelaskannya dengan usaha keras. Mereka buka kamus inggris-korea-rusia + gambar. Sungguh baik. Mengharukan. Kadang jika Myeong Seok dan Na Yong (dua orang korea yang fasih bahasa inggris) sedang di asrama, maka dia juga membantuku.

Orang-orang korea itu mengajarkan kepadaku bahwa kendala bahasa tak pernah membuat orang berhenti untuk memberi. Orang korea selatan itu , gak cowok, gak cewek... semuanya, sungguh baik. Yoori dan Miina, mahasiswi korsel, yang sangat fasih berbahasa rusia tapi tidak bisa bahasa inggris, selalu nyemangatin aku, walaupun yang aku mengerti dari bahasanya hanyalah kata niciwo sambil tepuk-tepuk pundakku. Yoori selalu mengajak aku ngomong dengan bahasa rusia, sungguhpun aku tidak mengerti. Na Yong, mahasiswi filologi, yang selalu SMS menguatkan, bahwa aku ndak sendiri disini. Junhak, Se Wook, dan Byung Hyun selalu antarkan aku kemana-mana. Bahkan sempat bolos kuliah untuk antarkan aku registrasi dan temui pejabat universitas. Dan juga semuanya... semuanya sangat baik.

Pastinya, setiap datang ke kamar mereka untuk belajar, kopi, coklat, dan seluruh makanan itu keluar disuguhkan kepadaku. Kalau mereka main ke kamarku pun. Mereka selalu membawa makanan. fuhhh... Aku ndak akan bisa balas kebaikan mereka. Mungkin satu saat aku mau masak masakan indonesia.... dan undang mereka semua. Cuma itu yang bisa kulakukan. Pastinya aku harus nabung dulu.

Dua minggu ini, setiap hari sabtu, Aku juga diajak main futsal oleh orang orang korea itu. Aku dimasukan tim korea selatan melawan tim USA dan turki. Sungguhpun aku cuma kuat main 10 menit karena stamina terbatas (efek merokok), mereka cuma tertawa. Disini ada 9 mahasiswa amerika. Rata-rata mahasiswa Amerika disini ngambil jurusan astrophysics dan filologi.

Sekarang aku sudah sedikit tau tentang gramatika rusia. Adalah penting untuk tau bentuk dasar gramatika rusia sebelum menghafal kata-kata, karena banyak sekali perubahan disana-sini ketika dijadikan kalimat. Aku juga sudah bisa menulis 2 jenis huruf itu walaupun masih lambat. Di kelas sudah bisa mengerti satu patah dua patah kata. Walau masih parah, tapi ini sangat kusyukuri. Insya'Allah.... Lambat laun aku akan yakin tau semuanya..

Pernah suatu saat aku belanja sendiri. Biasanya mereka kalau mau belanja selalu jemput aku, untuk tanya aku mau belanja atau tidak. Tapi waktu itu, aku butuh banget belanja. Aku ndak enak ngrepotin orang korea itu kalau mau belanja. Sudah terlalu banyak mereka membantuku. Fatal.. aku dibuat bingung oleh penjualnya. Ternyata dia menawarkan tas kresek. Karena aku ga tau aku bilang saja "nye" alias tidak. Disini tas kresek itu bayar mas sebagai ongkos lingkungan, karena tas kresek itu susah diurai alam. Aku bingung kemudian gimana membawa barang bawaanku. Lagi-lagi orang korea itu menyelamatkan aku. datang lagi. datang lagi.

Pernah juga aku ditahan penjaga asrama, karena dia baru pertama melihatku. Disuruh menunjukkan dokumen, sementara pasporku masih di registrasi di universitas. Dia ngomong apa, aku juga ndak ngerti. Lagi lagi kebetulan Junhak datang. Kemarin Se Wook bantu aku untuk registrasi internet di kampus, sehingga aku bisa internetan di kamar. Antarkan aku ke kantor pusat untuk ambilkan kartu mahasiswa. Begitu juga dengan Byung Hyun yang ajarkan aku untuk isi pulsa. Pulsa disini gak ada yang penjualnya, tinggal masukan uang di mesin elektronik kayak ATM lalu ikuti petunjuk. Petunjuknya tentu saja dengan huruf terbalik-balik.Pusing... hehehehe 



Di indonesia, aku tidak pernah mendapat bantuan seperti itu. Aku menemukan Tuhan disini lewat tangan mereka. Aku jadi kuat untuk hidup disini. Aku bertekad tidak akan pulang sebelum lulus.




Karakter orang korea ini tak kudapatkan dari teman-teman dari negara lain. Orang RRC misalnya, mereka cuma kumpul dengan teman teman senegaranya. Bahkan ada orang RRC yang resek di kelasku. Orang RRC ini pernah tinggal di malaysia. Waktu aku kenalan, masak dia bilang... "oh indonesia... I dont know indonesia. I just know Malaysia.. Malaysia is near Singapore".... Hahahaha kurang ajar. Pernah di kelas... kebetulan 3 orang korea yang sekelas sama aku itu bolos semua, gara gara teler vodka. 2 orang amerika yang barengan aku di kelas bahasa juga pas bolos. Aku bingung mau tanya sama siapa. Aku tahu si RRC itu tau bahasa inggris. Karena dia sering menjelaskan ke Bob dan Abe, mahasiswa amerika yang di kelas bahasa. Waktu aku tanya ke orang RRC itu dan minta tolong jelaskan ke bahasa inggris. Masak dia bilang, "I dont speak english". Bangsat benar! Mungkin mukaku mirip TKI yang jadi pembantunya di Malaysia. Hahahahahaha. Tapi aku berusaha untuk tidak membenci mas. Kuanggap semua itu lucu saja. Masih banyak orang yan g begitu baik disini. Ada juga sih orang RRC yang baik. Tapi yang jelas orang-orang korea itu sangat baik. 



Oya ada satu hal lagi ciri khas orang RRC. Ya ga di indo ya gak di rusia, ternyata mereka punya karakter mirip. Tau apa? Dagang! Kalau lihat kamar mereka ya banyak barang dagangan. Hehehehehe. Tapi lagi-lagi itu ga semua.

Tapi Alhamdulillah ya mas.. Bos Ino ga dagang. Buktinya aku sering dikasih makanan gratis. Salam ya buat bos ino.Sampaikan terimakasih atas semangat dan SMS-nya sebelum berangkat. Aku betah disini. 



Pernah satu ketika, aku mbatin dalam hati. Ya Allah... aku pingin ke masjid. Sorenya, kamarku di ketok orang. Aku kaget ternyata ada orang rusia datang mencariku. Dia tau dari temannya kalau ada orang muslim indonesia datang. Dia cari kamarku dan membawa makanan. Aku dipeluk erat banget. Dia bilang Assalamu'alaikum dan Jazakillah. Dia sama sekali tak bisa bahasa inggris. Komunikasi cuma pakai kamus dan bahasa tubuh. Aku barusan merasakan gaya komunikasi seperti itu. Aku diajaknya ke masjid. Dia bukan orang migran. Asli darah rusia, dan muslim, namanya Radjik. Khas orang rusia muslim jika tau bahwa kita muslim mereka akan memeluk erat. 



Disini aku bisa merasakan bagaimana menangis ketika sholat ataupun mendengarkan MP3 ayatul Quran. Sungguhpun di negaraku itu sering tak kurasakan. Begitu banyak mujizat Allah kudapatkan disini. Bukan ketika aku berharap banyak... tapi justru ketika aku sudah menyerahkan semuanya. 



Disini aku percaya bahwa mestakung itu bukan karena kita optimis. Bukan karena kita berani. Tapi karena menyerahkan semuanya kepada yang maha berkehendak sekaligus tetap mempertahankan tekad untuk tidak berhenti berjuang di Jalannya. Aku percaya bila ikhlas kepada Gusti Allah maka semesta akan mendukung. Buatku, Ikhlas itu cuma menyukuri sedalam sedalamnya apa yang kita dapat dan tetap punya tekad untuk berjuang, seberat apapun. Sudah banyak nikmat Allah yang kudapatkan disini. Asrama yang baik dan sahabat-sahabat korea yang baik. 



Aku bersyukur atas apa yang sudah kuterima sembari tetap membulatkan tekad untuk terus berjuang. Ketika 2 temanku yang dosen brawijaya itu pulang sebelum mereka ke kota tujuan, aku cuma sebut nama Allah... Aku bilang ke Allah... "aku pasrah ya Allah. Aku mau terus disini. Aku cuma mau berjuang di jalanmu." Dan Tuhan ternyata memberiku lebih.

Tantangan disini tak semua orang bisa menghadapi mas. Banyak orang indonesia yang pulang karena kondisi asrama yang buruk, dingin, dan kaget dengan kelas bahasa yang menggunakan bahasa rusia. Ini membuktikan begitu buruknya manajemen PKR Indonesia (Pusat Kebudayaan Rusia Indonesia). Mahasiswa negara lain banyak yang tak mengalami pengalaman buruk seperti mahasiswa indonesia. 



Sekarang... aku justru bangga dan bersyukur bisa kuliah disini. Aku bersyukur tak kuliah di amerika atau di eropa barat.

Aku merasa terpilih untuk menghadapi tantangan disini. Bila saatnya nanti aku pulang, aku merasa tidak hanya akan membawa ilmu... tapi juga membawa banyak hal untuk diriku sendiri. Disini adalah tempat yang paling tepat untukku belajar, paling tepat untukku larut dalam makna, tempat paling tepat untuk mengasah dan menaklukkan diri sendiri. Ini adalah tempat terbaik untukku.

Dalam hatiku benar-benar terpatri tekad yang dalam, Aku tak akan pulang sebelum membawa manfaat untuk diriku, keluargaku, dan mahasiswaku, dan orang orang di sekitarku.

Dan... Btw, Orang-orang korea selatan itu sudah cukup untuk membuatku pindah ke lain hati ketika saatnya world cup 2012 nanti. Saat itu, aku tidak akan dukung inggris atau Jerman lagi. Aku akan dukung korea selatan. Perkecualian mungkin ketika Indonesia diadu sepakbola melawan korea selatan. Hahahahaha. 



Salam untuk semua dari Ekatrinburg.

Halo mas gimana kabarnya? Hmmm... disini rasanya gado gado. Beberapa foto sahabat-sahabatku dari korea + Dima baru saja kuupload di friendster. Begitu juga dengan teman-teman baik dari Thailand, Amerika, Rusia, Kirgistan. Di bawah photo friendster ada comment yang isinya nama-nama mereka. Yang jelas mereka sungguh baik.

Mungkin sudah 80 halaman lebih catatan perjalananku kubuat disini. Kukasih yang terbaru saja.

Selamat membaca

4 november 2008

Dalam kamar yang hangat ini bisa aku lihat bagaimana butiran butiran seperti kapas putih itu turun.... banyak sekali. Aku tersenyum... Sungguhpun aku pernah melihatnya di kereta trans siberia, tapi ini lain. Kali ini aku melihatnya dalam keadaan yang berbeda. Aku melihatnya dengan ketenangan. walaupun aku tau, itu dingin sekali. Burung burung berwarna warni hinggap di jendela kamarku. Mungkin mereka kedinginan. Ingin rasanya memberi potongan roti dan mengulurkan tangan ke luar, tapi aku takut udara dingin akan masuk ke kamar.

Aku lalu lihat lagi tumpukan buku dalam bahasa rusia ini. fuuuuh... hahahahaha.... Semangat semangat.


7 November 2008

19.45

Kemarin aku belajar mati-matian sampai jam 4 pagi. Sayang sekali, Aku tetap saja tak bisa tidur pulas sebagai kompensasi belajarku. Jam 7 pagi aku bangun untuk sholat subuh. Aku berusaha tidur lagi namun tetap saja. Aku hanya tidur sampai jam 9 pagi.

Hari ini aku bolos satu mata pelajaran listening, karena aku sholat Jumat. Bukan apa, sholat jumat toh listening juga. Setiap di pelajaran listening aku juga tak mengerti apa-apa. Pengajar pun seringkali melewatiku karena aku tak mengerti apa-apa.

Ildar menjemputku jam 12.30 untuk sholat jumat. Aku berjalan kira kira 30 menit dan kemudian sampailah aku di masjid. Masjidnya sederhana tapi jamaahnya penuh. Disana berkumpul semua orang muslim di rusia yang kebanyakan berasal dari tatar dan cecen. Beberapa diantaranya memakai surban. Muslim yang lain adalah dari Cina, Tajikistan, Kazahkstan, dan Uzbekistan.

Aku disana pun berkenalan dengan Makhmud dan Juga Rasul, mereka berdua orang Rusia. Lain itu aku berkenalan dengan Dildor, Orang Tajikistan. Mereka semua sangat bersahabat. Pulang dari Masjid aku diantar oleh Dildor dan Rasul ke asrama karena Ildar harus segera kuliah. Dildor sempat menyangka aku orang cina. Hehehehe... cina dari mana???

Masjid ini cukup menarik. Tidak luas memang. Tapi desainnya menarik. Lantai dua adalah tempat untuk sholat berjamaah tapi di lantai 1 adalah tempat untuk membeli peralatan sembahyang. Mulai dari tasbih, peci, wewangian, dll.

Ada keunikan sendiri ketika aku sholat di masjid itu. Sholat Sunnah sebelum Jumatan dilakukan berkali kali. Yang pertama adalah sholat tahiyatul masjid (kalau ini biasa kulakukan di negaraku), dan yang kedua adalah 4 rokaat sholat sunnah sebelum adzan. Setelah sholat jumat pun orang orang melakukan sholat sunnah 4 rokaat lagi. Lain itu yang kurasakan berbeda adalah, Di Indonesia sehabis sholat dan doa sendiri-sendiri ya langsung pulang. Disini seluruh jamaah masjid tidak pulang dulu sehabis doa. Seluruh Jamaah akan bersalaman dengan imam, setelah orang tersebut bersalaman dengan imam, maka dia akan berada disebelah imam dan menunggu salaman dari orang dibelakangnya sehingga kemudian terbentuk posisi melingkar satu sama lain. Tidak ada satu jamaah pun yang tidak bersalaman. Mereka yang bersalaman mengucapkan Assalamu’alaikum dan yang disalami mengucapkan Wa’Alaikumsalam. Ini akan terus dilakukan sampai seluruh jamaah sudah bersalaman. Ukhuwah seperti ini tak pernah kurasakan di negaraku. Akupun orang baru tapi mereka semua tersenyum hangat.

Dildor masih berusia 18 tahun, Ia mengambil jurusan Geologi di Ekatrinburg. Rasul berusia 22 tahun juga mengambil jurusan sama. Mereka menyarankan aku untuk tidak mencari perempuan rusia karena perempuan rusia walaupun cantik mereka itu matre dan pemabuk. Begitu juga Ildar yang mengatakan bahwa banyak pasangan rusia bercerai. Itu semua karena mereka tidak bisa mengontrol hawa nafsu mereka terutama nafsu terlalu banyak mengkonsumsi minuman beralkohol.

Mereka semua menyarankan aku untuk tidak sendirian ke masjid. Bila aku perlu ke masjid, hendaknya aku segera menghubungi mereka dan mereka akan menjemputku. Perjalanan ke mesjid sebenarnya aman. Tapi aman untuk orang orang yang berkulit bule. Orang tajik dan kazakstan amanlah ke masjid karena mereka masih bule. Untuk, orang yang berkulit berbeda, bisa-bisa jadi sasaran rasisme di sini. Kata mereka ada 3 kelompok orang yang harus dihindari oleh orang asing. Pertama adalah Skinhead, kedua adalah Polisi, dan ketiga adalah militsia alias tentara. Untuk Skinhead memang sudah terkenal rasis. Mereka tidak segan-segan membunuh orang orang yang berkulit berbeda.

Untuk Polisi dan Militsia ini yang aku kaget, aku baru tau ternyata sebagian dari mereka ini juga rasis. Mereka suka mengerjai warga asing bila kelihatan berjalan jalan sendiri.

Mereka akan menggeledah seluruh dokumen kita, bila toh lengkap, Uang kita yang akan diambil. Sebenarnya agak berbeda dengan keterangan teman teman koreaku. Mereka bilang polisi Ekatrinburg tidak serasis, polisi di Moscow dan St.Peterburg. Beberapa kali aku berjalan-jalan sendiri di kota dan bertemu polisi ternyata juga tidak apa-apa. Tentunya bukan berjalan-jalan sendiri di malam hari. Malam hari adalah saat beredarnya skinhead. Aku berani jalan-jalan jika siang hari. Lagipula untuk apa berjalan malam hari... toh Dingin.

Tapi aku percaya kata Ildar dan teman-temannya, bukan apa, ini berbeda dengan kasus kalau aku berjalan-jalan untuk berbelanja karena aku tinggal naik trem atau autobus dan turun di tempat tujuan, paling tinggal jalan 5-10 menit.

Ke masjid ya mau tidak mau harus melewati markas besar kepolisian rusia. Dan lagi kalau mau ke masjid mau tidak mau ya harus jalan kaki... seremnya melewati daerah skinhead. Kujadwalkan setiap 3 minggu aku harus sholat jumat.. Tentunya dengan menghubungi mereka dulu.

*

Kemarin, Oiy, Pui dan Nan main ke kamarku lagi. Internet mati dan mereka bingung mau ngapain. Akhirnya main ke kamarku. Aku suguhkan minuman hangat kepada mereka. Aku katakan kepada Pui... kalau dia mirip dengan adikku, Keke. Kutunjukkan foto-fotonya dia ketawa-ketawa dan dia bilang... “yeah.. a little bit”. Aku sempat cerita ke mereka... kalau di rusia sulit untuk mencari bumbu-bumbu. Masak aku cari santan alias coconut milk, dan buah cabe gak ada. Kata Se wook sih... jangankan di rusia, kalau mau cari coconut milk di korea juga ga ada. Pisang dan mangga aja di korea impor. Sama juga dengan rusia. Beruntunglah negaraku yang subur dan makmur... buah buahan dan sayur tak perlu impor sehingga harga tak semahal disini. Fuhhh tapi kenapa banyak orang di negaraku miskin ya?

Si Nan cerita... bahwa ada yang jual buah cabe di ekatrinburg tapi tempatnya jauh. Perlu 20 menit untuk kesana. Kalau coconut milk sebenarnya ada tapi ga banyak yang jual. Itupun coconut milk yang impor dari Thailand. Aku minta antar mereka kalau ada waktu untuk bisa membeli santan. Mereka menyanggupi hari senin. Aku sih maunya segera, karena aku ga sabar untuk masak kalau bisa malam ini. Mereka lagi lagi mengingatkan... ‘kalau cewek asing keluar malam malam mah santai... kalau laki??? Bahaya!... mending siang aja.”

Walah walah skinhead... kok ada orang kayak mereka. Pikiranku jadi terbang ke Indonesia. Skinhead juga jadi subculture sendiri di sebagian anak muda Indonesia. Seandainya orang indonesia penganut skinhead itu kemari dan mengucapkan salam persaudaraan neonazi kepada skinhead di Rusia, aku yakin bukannya pelukan hangat yang akan mereka dapatkan (sebagaimana Radik dan Ildar merangkulku kalau mengucapkan assalamu’alaikum), Adanya mereka malah dipukuli.

9 november 2008.

Fuuuh akhirnya.... aku bisa memasak dan mengundang hampir semua teman teman korea + dima. Total 11 orang yang datang. Aku mengundang hampir semua korea. Tapi beberapa berhalangan karena ada acara, ke gereja, atau sakit. Unik sekali acara ini. Aku memasak 2 omelet ukuran besar, plus ayam goreng tepung, plus sayur lodeh (Thanks mbak uniek emailnya, setidaknya masakanku tidak memalukan). Hehehehe... Semua masakanku ludes. Padahal aku memasak 2 kali lipat dari jumlah mereka. Sayang sekali nasinya kurang.

Aku mengundang mereka jam 7 malam. Tapi karena jam 5 sore aku masih di supermarket kuundur jam 8 malam. Aku pulang dari supermarket menembus gelap. Tanganku sampai sakit semua karena membawa belanjaan yang banyak. Berjalan pun dengan terburu-buru, menembus salju yang sangat dingin dan licin. Lain itu, sungguh tidak aman untuk berjalan malam-malam di rusia. Aku tidak bisa bela diri seperti Junhak yang pernah menghajar kawanan skinhead di depan asrama. Berjalan jam setengah enam, saat hari sudah gelap benar-benar bikin sport jantung, deg-degan. Di jalan nyebut nama Allah terus, apalagi jalanan sepi. Ya Allah... Bismillah.

Aku belanja total habis total 400 ribu hanya untuk membeli sayur, lombok, tahu, dan coconut milk alias santan, dan 2 kg ayam. Rusia ... sungguh mahal harga tahu, lombok, sayur dan santan. Lombok hijau 8 biji disini harganya 40 ribu begitu juga dengan tahu. Sama juga dengan satu kardus kecil santan (seukuran santan kara) yang mahalnya amit amit. Semuanya impor dari Thailand. Teman teman dari Thailand itulah yang memberitahuku dimana aku harus membeli santan dan lombok. Yah cukup jauh juga 20 menit jalan dari asrama.

Aku memasak dengan keburu-buru. Tentunya juga masak dengan modal bismillah. Cuma dengan modal resepnya yang diberikan mbak uniek. Untung omelet sosis sudah kubuat tadi sore jam 3. Jadi tinggal masukin oven biar hangat. Rasanya lumayan. Aku aja seneng, padahal ini baru pertama kali aku masak omelet dengan bumbu lumayan nendang. Aku bingung masak yang mana dulu. Jam sudah menunjukkan pukul 6 sore. Mana belum goreng ayam lagi, untung ayam sudah kurendam di air garam dan lada. Aku putuskan untuk goreng ayam dulu, sambil membuat satu omelet sosis lagi. Lalu masak sayur lodeh. Jujur yang bisa kuandalkan disini sebenarnya adalah ayam dan omelet karena kupikir itu akan sesuai dengan lidah mereka. Tapi sungguh tak kuduga... sayur lodeh itu habisssssss..... bis.... bis. Minuman yang kusuguhkan, yablaka juice alias juice apple, susu, teh, dan coca cola itu juga habis... bis.

Ada yang unik. Setiap teman korea yang datang, ternyata mereka juga membawa makanan kecil. Ternyata ini tradisi mereka di perantauan kalau mereka diundang makan. Mereka juga membawa sesuatu untuk dimakan bersama. Yoori membawa roti kering lapis coklat yang dia buat sendiri, Hong Juhn membawa kue tart, dan Sewook dan pacarnya (Miina) membawa salad. Waaah jadi penuh kamar dengan makanan.

Sangat hangat sekali pertemuan dengan mereka. Seperti biasa Yoori ngobrol dengan aku. Aku ndak ngerti yang dia obrolkan, Cuma beberapa kata saja. Tapi yang aku tangkap kalau hari jumat dia tidak ada kuliah... sehingga dia bisa kemanapun. Dia Cuma kuliah sampai kamis. Tahun depan dia lulus. Lain itu yang aku hafal adalah... “Ardi... tvoy glassu ocin krazzivaya...” alias... “ardi kamu punya mata yang indah”. Hahaha.. jadi Ge-er. Lain itu dia selalu ngamat ngamati foto si Indah di kamar. Katanya mirip bintang film korea. Aku ngobrol dengan yoori ini hampir 1 jam padahal aku ndak ngerti dia ngobrol apa. Cuma aku tangkap dia kasih aku waktu 3 bulan untuk belajar bahasa rusia, sehingga setidaknya aku bisa ngobrol banyak dia dengan cara yang lebih baik. Mungkin kalau ada myeong seok dia akan mentranslatekan. Tapi kali ini Myeongseok absen sakit.

Mereka dikamarku sampai jam 12 malam. Tidak ada bir disini, tapi mereka betah juga di kamarku.

Eun Chang yang berkali-kali ngajak aku merokok bareng di luar. Dia bilang.. “Heavy smooker, You are good cooker to. “ hahahaha... emangnya aku rice cooker. “Ya lubyu indoneiziizki soup... Vukuzna (delicious)...” Eunchang juga suka omelet itu, omeletnya sampai di koret-koreti sama eun chang. Aku bikin omelet sosis tapi bumbunya seperti buat omelet sayur, pakai tumisan bawang putih dan susu. Rasanya enak juga walaupun cuma feeling aja nyampur bumbu.

Mereka pamit jam 12 malam. Dima bilang.. “Ardi... you are a good beginner because you cook very very well”. Bahkan Se wook, koki para korea itu, juga ngomentari ayamku katanya ayamku jauh lebih baik dari ayam goreng rusia yang rasanya ndak enak poll. Hehehehe. Lumayan.

Aku berangkulan dengan mereka semua. Aku bilang dengan sepatah-patah... “Zjest i zavstra... Vi Maya cemya... ocin spasiba dlya vasa pamagats“ (here and after... All off u are my family... thank you very much for all your help). Mereka bilang... “kanyezna” (off course!!!). Kupikir mereka langsung pulang, ternyata mereka semua menungguku di depan pintu, karena aku ada di dapur. Tau mereka masih belum pulang aku keluar, dan ternyata mereka mau mengatakan sesuatu bareng bareng. Tau apa yang mereka bilang? Mereka bilang dalam bahasa indonesia, “sampai jumpa!”. Eun Chang menambahkan dengan bahasa indonsia kata yang dihafal sejak dari dulu, apalagi kalau bukan, “aku semua cinta kamu”, tentu saja maksud enchang adalah “kami semua suka dengan kamu!”. Aku tersenyum dan membalas mereka. Ada perasaan sedih juga. Baru aku menemukan keluarga tapi ternyata sebagian dari mereka (terutama yang ada di foto ini) akan pulang ke korea akhir november dan awal desember ini.

Setelah aku mengucapkan dobroe wiecer-Selamat sore- (Di rusia, dobroi wiecer itu lazim digunakan walaupun hari sudah gelap. Jam 1 malam baru kita mengucapkan dobroe nochi alias selamat malam), aku kembali ke dapur. Ternyata Byunghyun ada di dapur mencuci piring. Aku bilang... “aduh jangan dicuci. Kamu itu kuundang. Di indonesia orang yang diundang adalah raja.” Dia bilang, “pacemu (why), in korea if you are my brother we have to help each other. So many plates... (sambil menunjuk cucian yang bertumpuk” Aku jawab, “yah.. you are my brother... but please.... it’s make me sad, let u do something that I have to do. I would be happy if u smoking cigarillos with me than washing my plate and glass. Please give little bit happiness. Mozna... (please...)”

Dia akhirnya berhenti mencuci. Kita ngerokok cigarillos bareng sambil ngobrol ngalor ngidul, sungguhpun bahasa inggrisnya acakadut tapi aku mengerti apa yang dia maksud. Dia pingin bulan madu ke bali dan lombok kalau suatu saat punya istri. Dia pingin makan mangga sepuasnya di Indonesia. Korea mahal. Mangga yang murah di Indonesia mengingatkanku pada Mr. Joe, teman ibuku, yang pulang ke korea membawa mangga satu kardus.

Aku sempat tanya ke Byunghyun adakah di universitasnya program doktor untuk psikologi, kalau ada seandainya aku harus ambil S3 lagi, Aku pingin ambil S3 di korea. Dia bilang di Perguruan tingginya ada fakultas psikologi tapi dia bilang belum bisa memastikan apakah ada program S3 atau tidak. Byunghyun adalah mahasiswa pertukaran pelajar disini. Dia kuliah di Suwon Samsung University. Perguruan tinggi tertua di Korea Selatan, dan terbaik keempat di korea. Perguruan tinggi ini negeri tapi diback up penuh oleh Samsung. Link and Match. Dia sempat tanya, kenapa mau ambil sekolah di korea. Aku bilang, kalian semua membuat aku jatuh cinta dengan korea. Gimana aku ndak jatuh hati kalian semua baik baik, saya ndak bisa balas. Dia jawab, “jangan balas, suatu saat bila tidak ada mahasiswa korea dirusia dan kemudian datang mahasiswa korea disini, balas ke dia.” Aku bilang “pasti!”

Byung Hyun pulang... aku mencuci piring setumpuk dan membersihkan dapur. Setelah itu, SMS kemudian berbunyi dari Sovki sekretaris 1 perhimpunan mahasiswa Indonesia di rusia (Pemira). Ketika aku baca SMSnya, tanpa kusadari mataku tertuju pada merk HPku... tertulis merk korea, Samsung. Mataku kemudian tertuju kepada Kamera digital yang kubeli di Surabaya, tertulis juga merk samsung. Aku kemudian ingat aku pernah cerita ke mereka kalau ibu dan kakakku bekerja dengan orang orang korea di perusahaanya dan punya hubungan baik dengan mereka. Lantas aku ingat mereka pernah bilang ke aku, “Apapun kami lebih suka produk korea daripada jepang, apalagi Cina.” Aku tertawa sendiri. Pastinya ini hanya kebetulan. Tapi aku percaya hubunganku dengan orang korea ini lebih dari sekedar merk yang kugunakan tentunya.

Besok masak lagi. Besok aku undang 3 orang teman thailand, 2 teman rusiaku, 1 orang amerika, dan satu orang kirgistan disini. Oiy, Pui, Nan, Mikhail, Maxim, Paul, dan Kanibek.

10 november 2008. 23..44

Hari ini aku masak lagi. Gak banyak sih hanya untuk 7 orang termasuk aku. Undangan ini khusus untuk orang yang sudah membantuku selain orang-orang korea itu. Max, orang rusia yang masih berusia 18 tahun itu, ternyata sangat baik. Dia akan mengajakku liburan ke rumahnya di desa. Aku tidak tau desa rusia itu seperti apa. Dia ingin mengajariku bermain ice skating di desanya. Januari ini dia akan mengajakku. Begitu juga orang kirgistan itu. Dia fasih bahasa arab. Paul, sungguhpun dia suka menghabiskan makananku sampai habis bis. Dia orang yang sangat baik. Orang yang sangat terus terang.

Sebelum mereka datang, ketika aku menunggu Paul dkk. Ada sedikit insiden di kamarku. Tiba tiba komandan asrama melabrak kamarku. Dia ngomel-ngomel. Aku dimarahi dan tidak boleh duduk di dekat jendela dan di dekat pemanas. Yang jelas dia menunjuk pemanas di ruanganku yang satu murnya copot gara-gara dinaiki. Pastinya dari gayanya dia menuduhku aku merusakkan murnya gara gara ketika aku duduk aku menaikkan kakiku di atas pemanas ruangan. Hey... aku sebenarnya mau bilang, sejak dari kedatanganku, satu murnya memang sudah tidak ada, tapi aku ndak tau harus bilang apa. Aku Cuma bilang “izvinice.. izvinice(maaf maaf)”. Dia malah mendelik dan berteriak “IZVINICE... IZVINICE...” Dua orang cina di sebelah kamarku itu kemudian datang ke kamarku. Dan mengatakan sesuatu kepadanya dalam bahasa rusia... “ On ne snayet... on noboi stujent... ( dia gak tau, dia orang baru). Perempuan tua itu masih ngomel. Aku bingung apa salahku. Aku juga menebak nebak dari bahasa tubuh kenapa dia marah karena aku duduk sembarangan di dekat pemanas dan menyebabkan murnya copot. Aku sampai bingung.

Entah siapa yang melaporkan, karena tak mungkin komandan asrama melihatku duduk dekat jendela, dekat pemanas ruangan. Memang benar aku sering duduk di dekat pemanas, tapi tak benar aku menyelempangkan kakiku di atas dan kemudian menjadi penyebab murnya copot.

10 menit kemudian Max dan Kanibek datang, lalu gadis-gadis Thailand itu membawa Tom Yam, dan kemudian Paul. Mereka kuceritakan tentang masalahku. Paul lalu bilang, “Hey... aku sering dimarahi gak Cuma kamu. Tapi sungguh kamu bodoh, kenapa kamu nggak pisuhi dia aja pakai bahasa indonesia.” Dia lantas tanya “what’s the damned in indonesia?” Aku jawab... “Its bangsat.” “You are fool... you dont need to say izvinice for the bitch like her... said BANGSAT!” aku langsung ketawa. Ternyata memang komandan asrama itu begitu cerewet, semua yang kuundang ternyata pernah ditegur dan diomelin oleh penjaga asrama. Aku bilang ke Paul, “Hey... paul you are so rude... you tell her like a bitch.” Dia kemudian mengatakan, “ Why? no... she is not like a bitch but she is truly a bitch!” Malam ini penuh tawa.

3 Gadis Thailand itu kemudian bertanya padaku, bagaimana rasanya punya tetangga dari cina. Aku bilang biasa saja. Dia kemudian bilang aku beruntung. Dia bilang, begitu banyak orang cina yang menyebalkan disini yang selalu menganggap rendah orang dari negara lain. Lalu si Poi, Nan, Oiy menceritakan bagaimana dia juga sering kesal sekali dengan orang cina di Thailand yang tidak bisa berbaur. Paul mendengar apa yang kami bicarakan. Dia tersenyum, lalu dia bilang... “Hey its depend on the people... not all. But most of them yeah.” Aku Cuma tersenyum.... dalam hati mengiyakan.

Tapi aku setuju dengan Paul, aku punya satu teman dari cina namanya yuwenyang. Dia sangat ramah sekali bahkan sangat baik

Tapi dari malam ini yang paling mengesankan adalah tawaran, “Max, Winter holiday in his villages.” I am coming Max. Waaw...